- Indonesia
Copyright © 2025 Powered by BCI Media Group Pty Ltd
Confirm Submission
Are you sure want to adding all Products to your Library?
Contact Detail
Sejak dulu, seni
anyaman sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
cara pengolahan bambu dan rotan untuk berbagai objek. Contoh hasil anyaman yang
paling sering ditemui adalah gedek sebagai pelapis dinding pada rumah-rumah
tradisional. Anyaman juga sering muncul sebagai kerajinan tangan seperti kain
tradisional, tikar, bahkan perabot. Kini, hasil anyaman cukup banyak diminati
mengingat produk yang dihasilkan dapat memberikan kesan kelokalan yang kental
tanpa mengesampingkan estetika kontemporer. Aplikasi seni anyaman pada desain
interior dan arsitektur juga semakin beragam dan menarik. Mari simak beberapa
contoh penerapannya sebagai berikut.
Sejak dulu, pintu dengan unsur anyaman sebenarnya sudah sering bermunculan, khususnya pada desain rumah Peranakan. Rumah-rumah peranakan dengan courtyard atau taman di sisi dalam bagian tengah biasa dibatasi dengan pintu lipat yang memiliki bagian yang diisi anyaman bambu dengan pola anyaman yang bercelah. Pola anyaman dengan celah dapat memberi privasi, namun juga tetap memastikan ruang dalam dapat dialiri udara dan dimasuki cahaya alami saat pintu dalam kondisi tertutup. Dengan menggunakan teknik anyaman yang lebih rapat untuk elemen pintu, privasi pun menjadi lebih maksimal. Biasa, pintu dengan bagian anyaman berpola rapat dijadikan pintu utama rumah.
Mirip seperti pintu anyaman, anyaman bambu yang bercelah banyak dijadikan elemen dari panel jendela pada umumnya. Saat ini, tidak jarang ditemukan panel jendela yang penuh dilapisi anyaman, dengan rangka yang dibalut tersembunyi sehingga panel jendela terlihat lebih clean tanpa bidang/elemen lain selain anyaman. Panel jendela anyaman sangat cocok untuk rumah tropis yang mengedepankan sirkulasi udara alami di dalam ruang yang masih dapat masuk lewat celah-celah anyaman.
Selain pintu dan jendela, penggunaan panel yang dibalut oleh anyaman dapat juga dimanfaatkan sebagai kisi-kisi pembatas ruang. Panel anyaman sangat cocok bila disandingkan dengan desain interior rumah atau ruang yang minimalis. Dengan demikian, detail anyaman sebagai pembatas ruang dapat lebih menonjol dan memberi aksen terhadap keseluruhan desain.
Bila bangunan zaman dulu menggunakan gedek sebagai dinding sekaligus fasad bangunan, kini banyak juga interpretasi gedek yang lebih modern yang dapat ditemui sebagai fasad bangunan kontemporer. Pola anyaman biasa membalut rangka yang berjarak terhadap dinding bangunan utama sehingga elemen anyaman berfungsi sebagai secondary skin bangunan. Elemen anyaman yang dimanfaatkan sebagai secondary skin dapat berfungsi sebagai sunscreen, mirip dengan louvers, namun dengan pola yang lebih mendetail dan menarik.
Bila kisi-kisi anyaman kurang praktis karena butuh dibersihkan secara berkala, plafon anyaman bisa menjadi alternatif bagi yang ingin menghadirkan unsur anyaman dan suasana tropis dalam rumah. Panel anyaman yang rapat tanpa celah dapat menjadi aksen dan pilihan menarik untuk plafon dibanding dengan material umumnya yang hanya di-finish dengan warna solid tertentu. Plafon anyaman dengan material bambu atau rotan tentu dapat memberi kesan hangat yang cocok ditempatkan pada ruang keluarga dan kamar tidur.
Sama halnya dengan perabot era 70an yang kembali naik daun, perabot anyaman kini cukup banyak dipilih untuk mengisi ruang di rumah, café, dan bahkan resort. Kesan tropis dan suasana berpergian ke desa yang melegakan bisa dihasilkan dengan memilih perabot-perabot yang memiliki unsur anyaman. Beberapa perabot anyaman yang paling umum ditemui adalah kursi dan meja anyaman. Tidak jarang, perabot seperti kap lampu meja dan lampu lantai juga menggunakan anyaman untuk menghasilkan pancaran cahaya yang hangat dan menghasilkan pola bayangan yang menarik.