- Indonesia
Copyright © 2025 Powered by BCI Media Group Pty Ltd
Confirm Submission
Are you sure want to adding all Products to your Library?
Contact Detail
12 May 2023 by Onduline
Severity: Warning
Message: strpos() expects parameter 1 to be string, array given
Filename: supplier_update_detail_v3.php
Line Number: 941
Backtrace:
File: supplier_update_detail_v3.php
Line: 941
Function: strpos
File: supplier_update_detail_v3.php
Line: 957
Function: replaceBrokenImagesInArticle
File: Brand.php
Line: 1172
Function: view
File: index.php
Line: 348
Function: require_once
Severity: Warning
Message: strpos() expects parameter 1 to be string, array given
Filename: supplier_update_detail_v3.php
Line Number: 941
Backtrace:
File: supplier_update_detail_v3.php
Line: 941
Function: strpos
File: supplier_update_detail_v3.php
Line: 957
Function: replaceBrokenImagesInArticle
File: Brand.php
Line: 1172
Function: view
File: index.php
Line: 348
Function: require_once
TANGERANG (BANTEN), 14 April 2023 – Produsen atap ramah lingkungan Onduline, PT Onduline Indonesia mengumumkan ajang Onduline Green Rood Award (OGRA) 2023 Asia, kompetisi disain konstruksi atap bangunan berkelanjutan (sustainable construction) yang memberikan penghargaan kepada para professional berbakat untuk terus menciptakan inovasi disain atap rumah dalam bidang arsitektur.
Digagas sejak tahun 2013, kini hajatan dua tahunan ini telah dihelat ke-enam kali sepanjang 10 tahun terakhir. Selama kurun waktu itu telah didapatkan lebih dari 500 entri dan menampilkan belasan juri terkenal dari seluruh Indonesia.
Kompetisi OGRA juga telah menjadi penghargaan disain terpenting di kawasan Asia Tenggara, sehingga tahun 2023 diputuskan untuk membawa sayembara ini ke level kawasan Asia untuk pertama kalinya, yang mencakup enam negara sekaligus, yaitu Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Melalui sayembara disain OGRA 2023 Asia, PT Onduline Indonesia yang berkomitmen membangun dunia lebih baik, kembali menantang para profesional arsitektur dan turunannya untuk menciptakan disain atap yang memungkinkan konsumsi energi di rumah menjadi lebih hemat.
Mengangkat tema “Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses”, peserta yang diharuskan memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidang arsitektur, desain interior, konstruksi, developer, konsultan perencana dan konsultan pelaksana, diharuskan membuat disain atap untuk rumah tinggal yang dikelola dengan strategi berkelanjutan.
Country Director PT Onduline Indonesia Esther Pane mengungkapkan, OGRA 2023 Asia terbuka untuk arsitek perorangan dan proyek, disainer, pengembang properti, pelaksana dan perancang bangunan yang memiliki tekat membuat perubahan besar dan inovatif di dunia disain Asia Pasifik. “Kami menggelar kompetisi ini untuk menampilkan bakat-bakat terbaik dalam disain dan inovasi, serta menyediakan platform bagi para arsitek dan disainer berbakat agar mereka bisa menampilkan karya dan proyek-proyek yang luar biasa,” ujarnya dalam siaran pers yang diterbitkan di Tangerang (Banten), Jumat (14/04).
Ia juga menambahkan, Onduline Indonesia berharap OGRA dapat menginspirasi lebih banyak arsitek dan mendapatkan lebih banyak karya yang masuk dari Indonesia. “Kami akan terus konsisten mengkomunikasikan solusi Onduline yang hijau dengan Green Label Indonesia yang didapat untuk berbagai solusi atap, karena banyak kalangan arsitek yang kini tengah berjuang mensosialisasikan bangunan dan disain ramah lingkungan. OGRA menjadi momen tepat untuk mengapresiasi mereka,” jelas Esther.
Para juri yang merupakan jajaran arsitek internasional ternama akan memilih proyek yang paling menonjol. Diantaranya, Onduline Asia Pacific Director Olivier Guilly, Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto, Principal Architect Archimetric Ivan Priatman, serta arsitek terkemuka, perencana kota, ahli lingkungan dari Filipina yang juga salah satu dari 48 pahlawan filantropi di dunia menurut Majalah Forbes, Felino 'Jun' Palafox Jr.
Diplotnya tema kompetisi desain atap bangunan hijau (green building) sebagai wujud respon Onduline terhadap isu kualitas ligkungan yang makin merosot akibat sifat manusia yang konsumtif terhadap energi dan kegiatan yang memicu pemanasan global (global warming). Beberapa kriteria untuk dapat disebut sebagai green building, sekaligus menjadi poin penilaian karya disain antara lain hemat penggunaan air, tata guna lahannya baik, kualitas udara di dalam ruangan (indoor quality), material yang digunakan, termasuk pemakaian energi di dalam rumah.
Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto mengatakan, suka tidak suka, saat ini Indonesia dan seluruh negara di dunia yang cenderung memiliki iklim tropis sudah seharusnya memasuki panggung hemat energi. Pengembang, arsitek, desainer interior, dan desainer bangunan lainnya diajak bersama-sama untuk mengembangkan bangunan, hijau sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan.
“Yang dimaksud dengan hemat energi adalah jumlah energi yang dikonsumsi rumah setara dengan jumlah energi yang dihasilkan dari sumbernya sendiri, baik berupa panel surya maupun sumber energi terbarukan lainnya,” ujarnya. Jika tidak, lanjutnya, ini akan mengganggu ekosistem alam di bumi. Akibatnya, bencana alam terjadi dimana-mana, kualitas udara yang menurun juga dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia.
Sepakat dengan Iwan, pun Principal Architect Archimetric Ivan Priatman mengklaim bahwa sektor konstruksi berperan banyak menciptakan bangunan keberlanjutan itu, karena rumah tinggal adalah kegiatan yang mengkonversi lahan terbuka menjadi perkerasan atau bangunan sekaligus memunculkan permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan baru. Kenyataannya, emisi karbon dari sektor bangunan lebih besar dibanding industri dan transportasi. Emisi karbon adalah penyebab utama pemanasan global berdampak paling buruk terhadap lingkungan hidup.
“Arsitektur adalah manifestasi dari ide yang mengalir terus menerus dalam menciptakan pengalaman baru, ekspresi, dan impresi terhadap ruang, tidak sekadar bentuk dan fungsi. Maka itu, ramah lingkungan tidak hanya didentikan dengan membuat sumur resapan, tidak pula sekadar menanam pohon dan tanaman perdu, tetapi juga ditunjukkan dengan pengurangan penggunaan listrik. Bentuk responnya terhadap lingkungan nantinya akan lebih banyak menggunakan sumber daya alam sekitar, seperti sinar matahari dan angin," tukas Ivan.
Hal serupa disampaikan Felino 'Jun' Palafox Jr. yang meyakini kompetisi ini akan meningkatkan kesadaran akan desain dan tata kota yang ramah lingkungan bagi para arsitek di Asia. “Ini adalah kesempatan emas bagi para arsitek muda dan senior yang bercita-cita tinggi untuk mulai berkontribusi membangun peradaban manusia lebih baik,” ungkapnya .
Berhadiah Ribuan Dolar
Kompetisi resmi dibuka pada 14 April 2023 dengan batas penerimaan karya hingga 30 Agustus 2023. Peserta diharuskan lebih dulu mengisi formulir pendaftaran melalui websiteogra-contest.com. Pengumuman pemenang dijadwalkan pada akhir September 2023.
Onduline menyiapkan total hadiah uang tunai sebesar USD 9.200 atau setara Rp145 juta dan piala eksklusif untuk semua pemenang. Pemenang pertama akan menerima USD 3.300 setara Rp52 juta, juara kedua USD 2.300 atau Rp36 jutaan, juara ketiga USD 1.600 atau Rp25 jutaan, serta juara 4 & 5 masing-masing USD 1.000 setara Rp15 jutaan. Juara 1 dan 2 juga akan diundang sebagai pembicara utama di sejumlah kegiatan Onduline.
Bermitra dengan Archify sebagai Media Partner dan Green Building Council se-Asia mulai dari Green Building Council India, Green Building Council India, Green Building Council Malaysia dan Green Building Council Filipina, kompetisi OGRA 2023 Asia diharapkan mampu menekam dampak buruk konstruksi terhadap lingkungan dan alam.
Sekali lagi hadiranya OGRA diharapkan dapat membawa kolaborasi positif lintas negara Asia dengan adanya keterlibatan juri internasional, sekaligus memperlihatkan bakat-bakat menakjubkan dari para arsitek Indonesia agar bisa mulai dikenal di tingkat dunia. “Semoga banyak arsitek-arsitek di Indonesia yang ikut berpartisipasi, karena hasil kompetisi ini bukan di level nasional tapi sudah level Asia,” pungkas Esther.
Tentang Onduline Indonesia
Pemimpin solusi atap ringan untuk setiap bangunan di Indonesia. Produk atap ONDULINE® telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1977, dan di kukuhkan dengan PT Onduline Indonesia yang resmi berdiri pada tahun 2004. Kepemimpinan ONDULINE® dimulai dari jenis atap bitumen yang ringan, ramah lingkungan, memiliki performa akustik yang baik, tidak mengandung metal atau asbes sehingga terhindar dari karat maupun korosi. Dilengkapi dengan aksesoris seperti screw, nok dan lainnya, menjadikan sistem Atap ONDULINE® cocok untuk daerah tropis, pesisir pantai maupun daerah rawan gempa karena ringan, fleksible dan tahan terhadap angin. Dipercaya dari tahun ke tahun, PT Onduline Indonesia terus mengembangkan jaringan pemasaran produk dengan berbagai portfolio proyek baik skala pemerinta maupun swasta, dari rumah tinggal, pabrik, sekolah, gudang, perkebunan hingga fasilitas lainnya. Seluruh Varian Solusi Atap Onduline meliputi: Atap Bitumen Lembaran (Bitumen sheet), Atap bitumen kepingan (Bitumen roof tile), Atap Sirap (Shingles roof), Atap Plastik (UPVC Roof), Pelapis Kedap Air (Waterproofing), Panel Surya, Atap Hijau (Green Roof), Aksesoris, Bantuan Teknik dan Pelatihan. (www.onduline.co.id)